Ingin Menyewa Jasa Kontraktor Untuk Membangun Rumah Impian? Ketahui Dan Pahami Sistem Pembayaran Biaya Kontraktor Rumah Ini Dulu!
Dalam mendirikan rumah baru atau merenovasi bangunan yang sudah ada, kamu membutuhkan bantuan kontraktor. Jasa ini diperlukan agar hunian yang dibangun dikerjakan oleh tenaga profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Memang, jasa kontraktor lebih sering digunakan untuk keperluan membangun proyek-proyek besar, seperti pembangunan gedung perkantoran, real estate, mal, maupun pusat perbelanjaan.
Namun, jasa kontraktor juga bisa untuk mendirikan rumah tinggal. Dalam proses membangun rumah tinggal, tim penyedia jasa akan beberapa kali datang menemui kamu untuk membahas Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dan Surat Perjanjian Kontrak Kerja (SPK).
Selain itu, kontraktor juga akan melakukan survei ke lokasi rumah yang akan didirikan. Sebelum memutuskan untuk menyewa jasa kontraktor, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu sistem pembayaran yang biasa dilakukan oleh kontraktor.
Sistem Terkait Biaya Kontraktor

Besarnya biaya jasa kontraktor rumah dipengaruhi oleh kualitas bahan pembuatan bangunan. Hal ini karena kontraktor akan mengambil laba dari persentase biaya bahan bangunan yang akan digunakan nantinya.
Selain itu, rekam jejak atau portofolio perusahaan kontraktor juga memengaruhi harga yang harus kamu bayarkan untuk menggunakan jasa mereka. Baca tips terhindar dari kontraktor nakal sebelum memutuskan memilihnya.
Perusahaan kontraktor berpengalaman dalam menangani berbagai jenis proyek akan berani mematok harga tinggi bagi siapa pun yang ingin bekerjasama dengan mereka.
Sebab, kualitas SDM mereka sudah terlatih dan terbukti mampu bekerja dengan baik. Lalu, bagaimanakah cara memilih jasa konstruksi untuk menangani proyek? Caranya bisa melalui Tender.
Tender adalah proses mempresentasikan rencana pembangunan yang dilakukan oleh pihak kontraktor kepada pemilik proyek, termasuk di dalamnya rencana anggaran dan segala macamnya.
Tender juga digunakan untuk memilih perusahaan-perusahaan lain yang akan terlibat dalam proyek. Terdapat dua jenis sistem pembayaran yang umum digunakan, yaitu sistem pembayaran bertahap atau termin dan sistem pembayaran komisi (cost and fee).
Sistem Pembayaran Termin
Biaya kontraktor menggunakan sistem pembayaran termin dilakukan sesuai dengan prestasi atau progres kerja di lapangan. Ada dua jenis pembayaran termin, yaitu progress payment dan monthly progress payment.
1. Progress Payment

Pada progress payment, pembayaran dilakukan empat tahap dengan mengacu pada progres pekerjaan di lapangan.
Biasanya, kamu akan diminta untuk membayar uang muka atau down payment terlebih dahulu sebesar 20 – 30 % dari rencana anggaran proyek yang ada di dalam kontrak.
Setelah itu, barulah pengerjaan dapat dilakukan. Sebagai gambaran, tahapan pembayaran pada progress payment dapat berupa seperti ini:
Pembayaran pertama yaitu uang muka sebesar 20%. Progres di lapangan mencapai 50%, maka kontraktor diberikan bayaran 30%. Progres di lapangan mencapai 75%, kontraktor dibayar 25%. Progres di lapangan mencapai 100%, kontraktor dibayar 25%.
Namun, ketika progres kerja mencapai 100%, kamu dapat menahan pembayaran sebesar 5% – 10% biaya dari anggaran di kontrak sebagai jaminan atau garansi.
Hal itu untuk memastikan bahwa kontraktor akan melakukan pemeliharaan bangunan hingga waktu yang sudah disepakati dalam kontrak.
2. Monthly Progress Payment

Sedangkan pada sistem monthly progress payment, kontraktor akan dibayar setiap bulan dengan catatan mencapai prestasi atau progres kerja minimum per bulan yang telah disepakati di awal.
Sebagai contoh, progres minimum per bulan yang disepakati adalah 6%, maka kontraktor akan dibayar jika mencapai atau melebihi persentase tersebut.
Jika pada bulan pertama progres kerja sebesar 6 %, kontraktor dibayar sebesar 6%. Jika pada bulan berikutnya progres kerja mencapai 10%, kontraktor dibayar sebesar 10%. Begitu pula untuk bulan-bulan berikutnya.
Sistem Komisi (Cost and Fee)

Sedangkan biaya kontraktor dengan sistem Cost and Fee, kontraktor hanya bertindak sebagai pengelola proyek. Pada sistem ini, kontraktor akan mengambil 10 – 20% dari nilai proyek sebagai upahnya.
Kontraktor akan menyiapkan rencana anggaran dan jadwal sebelum melakukan perjanjian dengan pemilik proyek. Dengan begitu, cash flow proyek akan terlihat dan pemilik proyek akan mengetahui berapa jumlah rupiah yang harus disiapkan setiap bulannya.
Jumlahnya dapat berbeda-beda tergantung rencana pengerjaan di lapangan. Melalui sistem ini, terkadang biaya tiap bulannya bisa saja lebih kecil atau lebih besar dari yang sudah direncanakan sebelumnya.
Jika ada sisa anggaran, sisa tersebut dapat dialokasikan untuk bulan berikutnya. Namun, jika anggaran yang dikeluarkan lebih besar, biaya akan menjadi tagihan pada bulan berikutnya.
Jika ingin lebih efisien, kamu bisa menggunakan jasa arsitek untuk mengurus semuanya agar biaya dan progress pembangunan bisa seimbang. Namun kamu perlu mengeluarkan biaya jasa arsitek dan kontraktor untuk hal ini.
Demikianlah informasi mengenai sistem pembayaran dan pembiayaan kontraktor yang umum digunakan. Semoga informasi ini bermanfaat.